Hembusan
angin malam waktu itu, bawa lariku dalam pelukanmu. Raut wajahmu seakan lebih
indah dari sang Bulan yang menerangi kita dimalam itu.
Seakan
ingin sembunyikan semua rasa yang kupendam. Aku berlari dalam gelap malam
menuju sebuah titik cahaya. Yang kupikirkan saat itu adalah bagaimana membuatmu
sadar dan segera menyelesaikan permainannya. Cahaya itu semakin lama semakin
terang seperti semangatku yang terus berkobar didalam ricuhnya kehidupan. Aku
sadar semua pengorbananku akan berakhir sia-sia, tapi disisi lain aku mengerti
bahwa perasaanku kepada Angel tak berbeda dengan perasaanmu kepadanya. Aku
merasa seperti kambing hitam diantara mereka berdua. Angel pun nampaknya sudah
mengerti apa yang aku rasakan. Dia pernah berkata “Jangan pernah
tinggalkan orang yang kau sayang didalam gelapnya malam”. Angel tahu dia takan
mendapatkan orang yang dia inginkan. Tapi, dia akan selalu berada disisinya
selama orang yang dia inginkan membutuhkannya.
Aku
tak mengerti jalan pikiran Angel. Dia seperti Bidadari yang lupa kayangan. Dia
dilahirkan untuk dicintai dan bukan untuk mencintai. Dia terlalu rapuh untuk
mencintai. Dia belum mengerti kerasnya kehidupan. Yang dia tahu hanya “berapa
banyak uang papa yang ku habiskan sehari ini”.
Sang
Bidadari jatuh ditepat dihadapanku. Dia
tak tau harus melangkahkan kakinya kemana. Dia kehilangan arah. Seperti 2 bulan
yang lalu. Aku menuntunnya menuju ‘kayangan’ tempat dimana Bidadari yang
seharusnya. Meninggalkan sejuta kenangan yang sudah terukir dalam di hati dan
menghapus perlahan semua harapan yang seakan memberiku kehidupan kedua.
“Aku tak tahu kemana lagi harus melangkah, setelah semua
ini aku lalui, aku akan kembali ke kehidupanku yang sebelumnya. Menjadi seorang
‘Bidadari kayangan’ yang bertugas melindungimu dan hadir di setiap mimpi
indahmu”. Aku ingat
persis yang di katakanya sebelum terbang menuju kayangan sana.
“Memang sulit menjadi Bidadari di dunia yang kejam ini.
Semua tampaknya juga sudah mengerti. Semua yang kulakukan tak beda dengan yang
kau lakukan. Semua tak ada artinya. Semua hanya bualan belaka. Semua hanya akan
menjadi cerita fiktif yang terlontar
dari mulut ke mulut”
“Aku tak akan
meninggalkanmu dalam gelapnya malam meskipun itu mustahil untuk ku lakukan”
0 komentar:
Posting Komentar