Kamis, 06 Desember 2012

#4 Bidadariku


Hembusan angin malam waktu itu, bawa lariku dalam pelukanmu. Raut wajahmu seakan lebih indah dari sang Bulan yang menerangi kita dimalam itu.

Seakan ingin sembunyikan semua rasa yang kupendam. Aku berlari dalam gelap malam menuju sebuah titik cahaya. Yang kupikirkan saat itu adalah bagaimana membuatmu sadar dan segera menyelesaikan permainannya. Cahaya itu semakin lama semakin terang seperti semangatku yang terus berkobar didalam ricuhnya kehidupan. Aku sadar semua pengorbananku akan berakhir sia-sia, tapi disisi lain aku mengerti bahwa perasaanku kepada Angel tak berbeda dengan perasaanmu kepadanya. Aku merasa seperti kambing hitam diantara mereka berdua. Angel pun nampaknya sudah mengerti apa yang aku rasakan. Dia pernah berkata “Jangan pernah tinggalkan orang yang kau sayang didalam gelapnya malam”. Angel tahu dia takan mendapatkan orang yang dia inginkan. Tapi, dia akan selalu berada disisinya selama orang yang dia inginkan membutuhkannya.

Aku tak mengerti jalan pikiran Angel. Dia seperti Bidadari yang lupa kayangan. Dia dilahirkan untuk dicintai dan bukan untuk mencintai. Dia terlalu rapuh untuk mencintai. Dia belum mengerti kerasnya kehidupan. Yang dia tahu hanya “berapa banyak uang papa yang ku habiskan sehari ini”.
Sang  Bidadari jatuh ditepat dihadapanku. Dia tak tau harus melangkahkan kakinya kemana. Dia kehilangan arah. Seperti 2 bulan yang lalu. Aku menuntunnya menuju ‘kayangan’ tempat dimana Bidadari yang seharusnya. Meninggalkan sejuta kenangan yang sudah terukir dalam di hati dan menghapus perlahan semua harapan yang seakan memberiku kehidupan kedua.

“Aku tak tahu kemana lagi harus melangkah, setelah semua ini aku lalui, aku akan kembali ke kehidupanku yang sebelumnya. Menjadi seorang ‘Bidadari kayangan’ yang bertugas melindungimu dan hadir di setiap mimpi indahmu”. Aku ingat persis yang di katakanya sebelum terbang menuju kayangan sana.

“Memang sulit menjadi Bidadari di dunia yang kejam ini. Semua tampaknya juga sudah mengerti. Semua yang kulakukan tak beda dengan yang kau lakukan. Semua tak ada artinya. Semua hanya bualan belaka. Semua hanya akan menjadi cerita fiktif  yang terlontar dari mulut ke mulut”

“Aku tak akan meninggalkanmu dalam gelapnya malam meskipun itu mustahil untuk ku lakukan”


0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright 2035 Awal dari Segalanya
Theme by Yusuf Fikri