Kamis, 29 November 2012

#1 Bidadariku


Semua berawal dari kejadian itu. Kejadian yang mungkin sulit untuk ku lupakan. Seorang ‘Bidadari’ jatuh tepat dihadapanku dan menyapaku lembut “Selamat pagi!”.  Ah..lupakan itu kejadian tempo hari yang membuatku gila karnanya.

Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku terbangun dari mimpiku. Entah suara apa yang sanggup memotong jalan mimpiku semalam. Aku beranjak dari tempat tidurku dan mecoba melihat seisi kamarku, hanya terlihat beberapa foto gadis-gadis cantik yang berpose ‘menggoda’. “Gadis..? Cantik..?” aku sejenak berfikir, “Memimpikan siapa aku ini tadi malam?”. Seketika secercas cahaya matahari pagi menembus celah-celah jendela kamarku . Perlahan ku buka jendela kamarku. Udara sejuk pagi menerpa tubuhku yang seakan member i ‘suntikan’ semangat padaku untuk mulai beraktifitas pagi ini.
Jam dinding menunjukan pukul 06.15 wib. Kukayuh sepedaku dengan perlahan. Sambil ku nikmati suasana damai pagi ini. Setelah ku rasa cukup menikmati indahnya pagi ini, aku mempercepat kayuhanku. Sesampainya dirumah aku parkirkan sepedaku di halaman belakang. Seperti biasa, pagi ini hanya ada bi imah pembantuku dan pak tejo tukang kebunku. Mereka tampak sibuk dengan pekerjaanya, mungkin faktor materi yang membuat mereka seperti itu. Ibu sibuk ngobrol dengan ibu-ibu komplek lainya di depan rumah, ayah sedang menikmati kopi panasnya dan ditemani surat kabar pagi ini. Aku rebahkan tubuhku di kasur singgasanaku ini. Terlintas dibenakku “Apa yang aku impikan semalam?” . Aku berdiri dan berjalan menuju foto gadis-gadis cantik yang sengaja ku taruh di dinding kamarku. “Apakah kamu secantik ini?, kurasa tidak, hanya beberapa bagian saja yang memang mirip denganmu..” ujarku dalam hati. Tak banyak orang yang tahu tentang diriku ini. Aku lebih suka sendiri dan menghindar dari kehidupan mereka. Tapi, bukan berarti aku tidak suka mereka. Hanya saja menjaga jarak agar indentitasku ini tidak terungkap.

Hari semakin siang, bi Imahpun tidak lupa membuatkan makan siang untukku dan sekeluarga. Sebelum aku selesai makan. Terdengar rintik-rintik hujan menjatuhi atap rumahku. Memang didaerahku sekarang sedang musim hujan. Jadi wajar kalau setiap hari jurun hujan. Selesai makan, aku ambil ponselku dan berlari menuju gazebo belakang rumah. Gazebo ini memang ayah buat untuk aku sekeluarga menikmati indahnya tetesan-tetesan air hujan. Disamping gazebo kami ,ada kolam ikan yang berisi beberapa ikan emas dan ikan koi. Mereka tampak meloncat-loncat bak ikan lumba-lumba yang kegirangan.
Seharian aku tidak mengecek ponselku ini. Beberapa pesan masuk dari teman-temanku. Mereka mengajakku untuk pergi main sore ini. Tapi, apadaya? “sore ini pasti hujan, lagian siapa yang mau main hujan-hujan?” jawabku kepada temanku. Bayang-bayang gadis itu seketika datang seperti hujan yang tidak ada habisnya. Pikiranku mulai goyah, aku tidak bisa berpikir jernih lagi, pikiranku saat ini bahkan tidak sejernih air kolam itu. Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus bertanya pada hujan? Gadis cantik itu sudah meracuni pikiranku~

Bersambung…

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright 2035 Awal dari Segalanya
Theme by Yusuf Fikri