haiii sobat sobat, udah lama gak ketemu gw yah,,, jadi kangen hehe ^_^ kali ini gw mau ngabarin kalian semua karena semua isi blog ini gw pindahkan ke sini ... oke... selamat membaca yaaaaa :D
Rabu, 23 Oktober 2013
Sabtu, 22 Desember 2012
Menanti Kehidupan
MENANTI KEHIDUPAN
Ku sambut pagi hari bersama sang surya pagi
Akankah terus begini kehidupan ini
Waktu yang terus berganti ajakku tuk bangkit lagi
Jalanan yang terus menanti ajakku kembali
Ku kan datang dengan penuh harapan
Ku kan merenda hari esok lagi
Hari esok yang kan datang akankah jadi arti hidupku
Jalanan yang selalu menanti ajakku kembali
Jalanan kau kan selalu terkenang
Kau yang takkan terlupakan
Ku kan datang dengan penuh harapan
Ku kan merenda hari esok lagi
Puisi ini terinspirasi dari sebuah lagu yang udah buat jalan hidup gue sedikit 'bener' . Semoga kalian juga merasakan apa yg gue rasain ^_^
Sabtu, 08 Desember 2012
Sayap Merpati
Sudah lama aku tidak merasakan hangatnya senyum Merpati di sekolah. Gadis manis itu memang sangat menarik hatiku. Rambutnya panjang menghitam. Matanya indah bulat dan selalu berkaca-kaca. Bibirnya selalu berwarna merah muda dan tampak basah. Apalagi senyumnya, perempuan manapun akan iri jika melihat senyumnya. Merpati, nama yang bagus. Setiap hari di sekolah, ia selalu mengepakkan sayapnya. Dia tidak pernah terlihat sedih, hanya kebahagiaan yang ada di hidupnya. Ia selalu memberi senyum manis pada setiap orang yang ia temui. Termasuk aku, tapi mungkin dia tak mengenalku. Laki-laki pecundang seperti aku ini tak pantas berada di sampingnya.
Tapi, sudah lama aku tak melihat senyum manis mengembang di bibir basahnya. Hampir setiap saat ia tak mau tersenyum. Kalau tersenyum, pasti terlihat seakan terpaksa. Aku tak tau dengan apa yang terjadi pada Merpati. Dia sering terlihat tak bersemangat. Salah satu sayapnya seakan patah. Tapi, karena apa sayapnya bisa patah?
Siang itu, tepatnya waktu istirahat pertama di sekolah. Aku melihat Merpati sedang melamun di kantin. Tangannya memegang sendok. Tapi, tak sekalipun ia masukan sendok itu ke dalam mulutnya. Pandangan matanya terlihat hampa. Ingin sekali aku menghampirinya tapi seorang lelaki telah duduk di sampingnya.
Malamnya, aku dan mama pergi ke rumah sakit. Bukan karena salah satu dari kami atau dari keluarga kami yang sakit, tapi kami ingin menjemput papa. Papa bekerja sebagai dokter di rumah sakit itu. Kami sekeluarga ingin makan malam bersama di luar.
Sesampainya di sana, aku dan mama langsung menuju ruang kerja papa. Suasana di sana sangat sepi, aku bisa melihat betapa santainya suster yang berjaga hari ini. Tapi, tiba-tiba mataku terdiam dan seakan mengajakku berbalik lalu melihat seseorang. Langkahku mulai berhenti, kulihat seorang gadis masih berseragam SMA. Ya, itu SMA yang sama denganku.
“Sayang…kamu kenapa? Kok berhenti,” Mama memegang pundakku. Aku tersenyum.
“Em…ma, aku mau ke belakang sebentar. Mama duluan aja! Ntar aku nyusul,” Mama tersenyum sambil menganggu lalu mulai berlalu dari hadapanku. Aku kembali memperhatikan gadis berseragam SMA yang sama denganku itu.
Rambutnya hitam. Tas dan jam tangannya sama seperti yang sering dipakai Merpati. Aku mendekatinya dengan rasa penasaran. Semakin dekat, dia seperti Merpati.
“Merpati…” Dia tergagap dan seketika mengusap air mata yang ada di pipinya. Aku duduk di sampingnya. Ia hanya diam saja. Aku baru sadar kalau ternyata Merpati sedang duduk menangis di depan ruang operasi “kamu ngapain di sini?”
Air mata bak berlian itu kembali jatuh dari mata bercahaya Merpati. Bagaikan sebuah batu yang tak sanggup lagi menahan terjangan air laut. Penderitaannya memaksa hatiku untuk ikut larut dalam kesedihannya. Tiba-tiba ia memelukku.
Tak pernah kubayangkan ia akan memelukku seerat ini. Pelukan hangat dari seorang gadis yang selalu membuat hatiku bergetar. Tapi aku tak boleh merasa senang. Karena Merpati memelukku dengan penuh kesedihan. Bisa kubayangkan penderitaannya, air mata yang jatuh di bajuku berhasil menusuk jantungku. Seakan aku bisa merasakan kesedihan Merpati.
“Ayah…” Suaranya lirih hampir tak terdengar.
“Ayah? Ayah kamu kenapa?” Aku mencoba menenangkannya. Kulepas pelukannya dan kuhapus air matanya. Tapi air mata bak berlian itu tak mau reda.
“Kemarin Ayah kecelakaan, kaki kanan dan tangan kirinya patah. Dan sekarang dia di operasi. Aku takut…cuma Ayah keluargaku satu-satunya,” Suara merdunya kembali, aku tau ia mencoba untuk tegar. Tapi air mata bak berlian itu tak mau menyembunyikan keputus asanya. Aku menundukan kepala. Aku tak mampu berkata apa-apa. Papa bukan dokter yang berkecimpung di bidang itu. Walaupun aku merayu Papa untuk membantu Merpati, tetap saja Papa tak bisa melakukan apa-apa.
Tiba-tiba kudengar adzan, ternyata waktu sholat isya telah datang. Aku memandang Merpati. Dia masih sibuk mengusap air mata yang tak mau mereda.
“Mer…kita sholat isya dulu yuk!” Aku memegang pundaknya.
“Tapi, bagaimana dengan Ayah?” Merpati mengerutkan dahi sambil melihat ke ruang operasi.
“Mer…tangisan kamu itu nggak akan ngebantu Ayah kamu. Yang sekarang dibutuhin Ayah kamu itu mukzizat, bukan tangisan kamu! Lebih baik kita sekarang sholat dan berdoa agar Ayah kamu selamat,”
“Tapi, bagaimana dengan Ayah?” Merpati mengerutkan dahi sambil melihat ke ruang operasi.
“Mer…tangisan kamu itu nggak akan ngebantu Ayah kamu. Yang sekarang dibutuhin Ayah kamu itu mukzizat, bukan tangisan kamu! Lebih baik kita sekarang sholat dan berdoa agar Ayah kamu selamat,”
Merpati memandangku dalam. Nampaknya ia sedang berfikir. Tanpa berfikir lebih panjang, aku berdiri dan mengulurkan tangan untuk Merpati. Ia memandang tanganku sejenak lalu membalas uluran tanganku. Dan akhirnya kami sholat isya di mushola yang ada di rumah sakit.
Setelah sholat isya aku berdoa, agar Ayah Merpati selamat. Dan aku bisa merasakan kembali hangatnya senyum Merpati.
Aku bertemu Merpati di depan mushola. Ia duduk tanpa pose sambil menunduk. Aku mendekatinya.
“Mer…kamu kok cepet banget sih sholatnya?”
Merpati tetap pada keadaan semula.
“Mer…kamu kenapa?”
Aku bertemu Merpati di depan mushola. Ia duduk tanpa pose sambil menunduk. Aku mendekatinya.
“Mer…kamu kok cepet banget sih sholatnya?”
Merpati tetap pada keadaan semula.
“Mer…kamu kenapa?”
“Ayah…” Merpati terlihat bimbang. Ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. Sedetik kemudian Merpati berlari. Ia menuju ruang operasi. Nalar ku tak bisa mengikutinya secepat itu. Dan setelah aku berhasil mengejarnya. Sudah kulihat ia meronta didepanku. Air matanya berjatuhan. Sayapnya pun patah. Aku hanya bisa terdiam melihatnya.
Hari selanjutnya akan menjadi hari yang biasa bagiku atau bagi orang lain. Karena aku tak bisa melihat senyum Merpati dan merasakan sayapnya bergerak penuh semangat lagi. Harinya semakin muram saja. Aku pun tak ada semangat. Merpati gadis yang luar biasa memberi pengaruh besar untukku. Dan sekarang, dia hitam aku pun menjadi hitam. Dunia ini juga hitam. Apalagi Bumi.
Cerpen Karangan: Ary Yunita
Kamis, 06 Desember 2012
#4 Bidadariku
Hembusan
angin malam waktu itu, bawa lariku dalam pelukanmu. Raut wajahmu seakan lebih
indah dari sang Bulan yang menerangi kita dimalam itu.
Seakan
ingin sembunyikan semua rasa yang kupendam. Aku berlari dalam gelap malam
menuju sebuah titik cahaya. Yang kupikirkan saat itu adalah bagaimana membuatmu
sadar dan segera menyelesaikan permainannya. Cahaya itu semakin lama semakin
terang seperti semangatku yang terus berkobar didalam ricuhnya kehidupan. Aku
sadar semua pengorbananku akan berakhir sia-sia, tapi disisi lain aku mengerti
bahwa perasaanku kepada Angel tak berbeda dengan perasaanmu kepadanya. Aku
merasa seperti kambing hitam diantara mereka berdua. Angel pun nampaknya sudah
mengerti apa yang aku rasakan. Dia pernah berkata “Jangan pernah
tinggalkan orang yang kau sayang didalam gelapnya malam”. Angel tahu dia takan
mendapatkan orang yang dia inginkan. Tapi, dia akan selalu berada disisinya
selama orang yang dia inginkan membutuhkannya.
Aku
tak mengerti jalan pikiran Angel. Dia seperti Bidadari yang lupa kayangan. Dia
dilahirkan untuk dicintai dan bukan untuk mencintai. Dia terlalu rapuh untuk
mencintai. Dia belum mengerti kerasnya kehidupan. Yang dia tahu hanya “berapa
banyak uang papa yang ku habiskan sehari ini”.
Sang
Bidadari jatuh ditepat dihadapanku. Dia
tak tau harus melangkahkan kakinya kemana. Dia kehilangan arah. Seperti 2 bulan
yang lalu. Aku menuntunnya menuju ‘kayangan’ tempat dimana Bidadari yang
seharusnya. Meninggalkan sejuta kenangan yang sudah terukir dalam di hati dan
menghapus perlahan semua harapan yang seakan memberiku kehidupan kedua.
“Aku tak tahu kemana lagi harus melangkah, setelah semua
ini aku lalui, aku akan kembali ke kehidupanku yang sebelumnya. Menjadi seorang
‘Bidadari kayangan’ yang bertugas melindungimu dan hadir di setiap mimpi
indahmu”. Aku ingat
persis yang di katakanya sebelum terbang menuju kayangan sana.
“Memang sulit menjadi Bidadari di dunia yang kejam ini.
Semua tampaknya juga sudah mengerti. Semua yang kulakukan tak beda dengan yang
kau lakukan. Semua tak ada artinya. Semua hanya bualan belaka. Semua hanya akan
menjadi cerita fiktif yang terlontar
dari mulut ke mulut”
“Aku tak akan
meninggalkanmu dalam gelapnya malam meskipun itu mustahil untuk ku lakukan”
Senin, 03 Desember 2012
#3 Bidadariku
2 hari tak terdengar kabar
dari Angel. Nampaknya ia sedang sibuk mengurusi ‘hewan’ peliharaanya itu. Ia
masih saja betah hidup di kubangan lumpur yang perlahan-lahan menelan tubuhnya
sekaligus perasaanya. Aku masih tidak habis fikir gadis secantik Angel masih
saja mengharapkan balasan Cinta dari seorang ‘pengemis tua’. Dalam benakku, aku
masih mengharapkanya. Angel yang kukenal dulu, yang selalu tersenyum manis,
yang selalu tertawa ketika aku maju ke depan kelas, yang seakan-akan menjadi
nyawa keduaku.
Pelajaran dimulai hari ini.
Jujur saja, aku tak sanggup menahan rasa kantuk ini lebih lama lagi. Beberapa
hari lalu aku memang kurang tidur bahkan malam pun tidur hampir dini hari. Bayang-bayang
Angel masih saja berputar-putar di otakku. Ia masih saja betah menggerogoti
seisi kepalaku. Aku tak mengerti apa yang
sebenarnya kufikirkan. Setiap hari aku masih bisa bertemu denganya, masih bisa
melihat sedikit senyum manisnya. Tapi, hati ini terasa seperti hancur
bekeping-keping saat mengingat kau dan seorang itu.
“Hai Angel, apa kabar?”
tanyaku,
“Ya..baik kok” jawabnya
dengan senyum sinis, seakan ada sesuatu yang ia sembunyikan.
“Kamu kenapa njel..?
Sakit..?”
“Nggak kok..biasa aja”
jawabnya dan pergi dari hadapanku
Aku tersentak seketika mendengar
Angel menjawab pertanyaanku. Dia seperti orang yang baru kenal denganku.
Padahal sebelumnya ia adalah salah satu yang pernah dekat bahkan ‘hampir’
denganku. Tapi, lagi-lagi karena ‘pengemis tua’ itu yang telah menggagalkan
semua.
Kau hanya menganggap semua
yang ku lakukan bualan belaka? Sadarlah,kau telah dibutakan oleh permainannya.
Seketika kalimat itu melintas dibenakku. Menemaniku dalam perjalanan pulang
menembus tetesan air hujan yang terlalu dingin bagiku saat ini.
Kau tahu betapa aku
mencintaimu? Cintaku padamu lebih besar dari cintamu padanya. Cinta?? Apa itu
Cinta?? Aku tak mengenalnya. Yang aku tahu hanya rasa yang kupendam selama ini.
Rasa sayang? Apakah ini yang dinamakan cinta? Sesuatu yang membuatku semakin
lemah, yang membuatku kenal dengan perjuangan dan mengenalkanku pada seseorang
yang lebih cantik dari setangkai bunga mawar.
Memang tak mudah mendekati
gadis seperti Angel. Perasaanya yang selalu berubah-ubah dan sulit untuk
ditebak. Ditambah lagi, dia masih memimpikan pengemis tua itu menjadi
kekasihnya. Aku cukup prihatin mendengar berita itu. Kabarnya Angel sudah lama
mengorbankan perasaanya hanya untuk ‘orang tua’ itu. Padahal dia gadis yang
cantik, semua ingin memilikinya, semua pun sadar bahwa pengorbananya adalah
sia-sia.
Pikir, dunia ini
Luas..Apakah kau hanya mau berada di tempat yang kumuh ini untuk selamanya??
Aku tak tega melihat Angel. Rasanya aku ingin membawamu terbang ke langit ke 7
dan tinggal disana selamanya agar kau tau arti sebuah pengorbanan…
Bersambung…..
Thanks to : @om_vengeance ^_^
Jumat, 30 November 2012
#2 Bidadariku
Hujanpun reda. Sepertinya awan sudah lelah meneteskan air
matanya. Cuaca beberapa hari ini memanng sulit ditebak seperti suasana hatiku
saat ini. Bayang-bayang gadis itu masih mengisi sebagian besar dari pikiranku. “Apakah
gadis itu Dia? Dia yang pernah menghiasi hari-hariku dulu” ujarku dalam hati.
Tak ku sadar aku duduk di gazebo ini selama 3 jam hanya untuk memikirkan gadis
itu. “Argh…sudahlah apa gunanya aku memikirkan gadis itu” teriakku.
Aku ingat beberapa hari lalu, hari pertama masuk sekolah.
Aku bertemu seorang gadis yang menarik perhatianku. Sebut saja namanya Angel.
Dia cantik, rambutnya lurus, dan yang aku yakin dia anak seorang ‘pejabat’.
Memang karna ia anak seorang pejabat, kehidupannya setingkat diatas teman-temanku lainya. Setiap hari supir
pribadinya setia mengantarkan dan menjemputnya setelah pulang sekolah. Dia
memang cantik, tapi tak ada satupun cowok yang berani mendekatinya. Mungkin
karna notabennya dia anak seorang ‘pejabat’. Tapi, aku merasa berbeda dari
mereka. Aku merasa ingin lebih kenal dengannya.
“Hai..Angel ya..” sapaku lembut,
“Iya..kamu Rio kan..” jawabnya dengan sedikit senyum heran.
Mungkin itu adalah senyuman pertama yang aku dapatkan dari
wajah manisnya. Sulit memang membuat gadis sepeti Angel tersenyum, hanya
beberapa anak saja yang beruntung mendapatkan senyum terIndah darinya. Terlintas
dibenakku “Apa aku suka dia? Kenapa kalau tak melihat senyumnya hariku terasa
hambar?” “Argh…sudah lah, fikiran siapa lagi ini yang meracuniku” bentakku
dalam hati.
Pulang sekolah, ku hidupkan laptopku untuk melanjutkan tugas
yang ibu guru berikan beberapa hari lalu. Setelah tugas selesai aku iseng
membuka jejaring sosial yang sedang ngetrend saat ini. Aku coba mencari-cari
informasi tentang Angel. Aku menemukan satu akun jejaring social yang dimiliki
oleh Angel. Disana tertera nama ‘Angel K Putri’ dengan foto profil yang
membuatku semakin penasaran. Setelah beberapa jam ku ‘ublek-ublek’ akunnya itu
aku tahu bahwa ia pernah suka pada seseorang tapi nampaknya rasa sukanya tidak
terbalaskan. Sungguh, aku tidak mengada-ngada, aku tau semua itu dari
status-statusnya yang menunjukan rasa sedih terlalu dalam.
Sejenak ku berfikir “Betapa bodohnya orang itu, dia telah menyia-nyiakan
gadis secantik Angel. Apa kurangnya dari Angel, bagiku dia adalah ‘Sempurna’.
Sempurna dilihat dari beberapa aspek, Sempurna dimataku”. Satu yang kusadari,
aku mulai menyukainya, aku suka senyumnya, senyum manisnya. Tapi, bayang-bayang
orang itu masih disimpan dalam dihati Angel. Membuatku semakin takut untuk
lebih dekat dengannya. Dia adalah seorang gadis cantik yang mengharapkan
balasan cinta dari seorang ‘pengemis tua’.
Kadang ku berbicara pada diriku sendiri “Andai saja
aku menjadi orang yang kau harapkan, akanku berikan senyumku setiap hari, bila
perlu setiap detik hanya untukmu seorang” “ataukah aku harus bertanya pada senyummu? senyummu yang terlihat manis itu terasa hampa dihatiku”
Bersambung...
Thanks to : @om_vengeance ^_^
Kamis, 29 November 2012
#1 Bidadariku
Semua berawal dari kejadian itu. Kejadian yang mungkin sulit
untuk ku lupakan. Seorang ‘Bidadari’ jatuh tepat dihadapanku dan menyapaku
lembut “Selamat pagi!”. Ah..lupakan itu
kejadian tempo hari yang membuatku gila karnanya.
Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku terbangun dari mimpiku.
Entah suara apa yang sanggup memotong jalan mimpiku semalam. Aku beranjak dari
tempat tidurku dan mecoba melihat seisi kamarku, hanya terlihat beberapa foto
gadis-gadis cantik yang berpose ‘menggoda’. “Gadis..? Cantik..?” aku sejenak
berfikir, “Memimpikan siapa aku ini tadi malam?”. Seketika secercas cahaya
matahari pagi menembus celah-celah jendela kamarku . Perlahan ku buka jendela
kamarku. Udara sejuk pagi menerpa tubuhku yang seakan member i ‘suntikan’
semangat padaku untuk mulai beraktifitas pagi ini.
Jam dinding menunjukan pukul 06.15 wib. Kukayuh sepedaku
dengan perlahan. Sambil ku nikmati suasana damai pagi ini. Setelah ku rasa
cukup menikmati indahnya pagi ini, aku mempercepat kayuhanku. Sesampainya
dirumah aku parkirkan sepedaku di halaman belakang. Seperti biasa, pagi ini
hanya ada bi imah pembantuku dan pak tejo tukang kebunku. Mereka tampak sibuk
dengan pekerjaanya, mungkin faktor materi yang membuat mereka seperti itu. Ibu
sibuk ngobrol dengan ibu-ibu komplek lainya di depan rumah, ayah sedang
menikmati kopi panasnya dan ditemani surat kabar pagi ini. Aku rebahkan tubuhku
di kasur singgasanaku ini. Terlintas dibenakku “Apa yang aku impikan semalam?” .
Aku berdiri dan berjalan menuju foto gadis-gadis cantik yang sengaja ku taruh
di dinding kamarku. “Apakah kamu secantik ini?, kurasa tidak, hanya beberapa
bagian saja yang memang mirip denganmu..” ujarku dalam hati. Tak banyak orang
yang tahu tentang diriku ini. Aku lebih suka sendiri dan menghindar dari
kehidupan mereka. Tapi, bukan berarti aku tidak suka mereka. Hanya saja menjaga
jarak agar indentitasku ini tidak terungkap.
Hari semakin siang, bi Imahpun tidak lupa membuatkan makan
siang untukku dan sekeluarga. Sebelum aku selesai makan. Terdengar
rintik-rintik hujan menjatuhi atap rumahku. Memang didaerahku sekarang sedang
musim hujan. Jadi wajar kalau setiap hari jurun hujan. Selesai makan, aku ambil
ponselku dan berlari menuju gazebo belakang rumah. Gazebo ini memang ayah buat
untuk aku sekeluarga menikmati indahnya tetesan-tetesan air hujan. Disamping
gazebo kami ,ada kolam ikan yang berisi beberapa ikan emas dan ikan koi. Mereka
tampak meloncat-loncat bak ikan lumba-lumba yang kegirangan.
Seharian aku tidak mengecek ponselku ini. Beberapa pesan
masuk dari teman-temanku. Mereka mengajakku untuk pergi main sore ini. Tapi,
apadaya? “sore ini pasti hujan, lagian siapa yang mau main hujan-hujan?”
jawabku kepada temanku. Bayang-bayang gadis itu seketika datang seperti hujan
yang tidak ada habisnya. Pikiranku mulai goyah, aku tidak bisa berpikir jernih
lagi, pikiranku saat ini bahkan tidak sejernih air kolam itu. Apa yang harus
aku lakukan? Apa aku harus bertanya pada hujan? Gadis cantik itu sudah meracuni
pikiranku~
Bersambung…
Langganan:
Postingan (Atom)